Oleh : DIDIK EDI NURAJI,
S.Sos, MM
Alumni Pasca Sarjana STIEKN Jayanegara Malang
Peluit
kick off belum ditiup, tapi tepuk riuh dan sorak sorai penonton sudah mulai
ramai. itulah yang terjadi menjelang perhelatan Pemilukada Jawa Timur bila
dianalogikan sebuah pertandingan sepakbola. Dalam perhelatan nanti semua tim
yang bertanding berharap kemenangan, termasuk harapan para suporternya. Kendati
demikian, hanya satu tim yang dinyatakan sebagai juara. Filosofi siap menang dan
siap kalah harus benar-benar terwujud dengan menciptakan pertandingan yang enak
ditonton tanpa dinodai kekisruhan untuk menghasilkan juara yang terbaik.
Tak
ubahnya pertandingan sepakbola, dalam perhelatan pemilukada bukan hanya para
kontestan yang berharap pemilukada berlangsung jurdil, tapi seluruh masyarakat
Jawa Timur sangatlah mengharapkan pertandingan berjalan lancar tanpa masalah,
menghindari kemunculan terjadinya protes, jujur, sportif dan fair play,
sehingga yang keluar sebagai pemenang betul-betul yang terbaik dan dapat
diterima semua pihak termasuk lawan sekalipun. Dan itu akan menjadi sebuah
kebanggaan bagi si pemenang, dan kepuasan bagi semua pihak. Jika itu yang
terjadi, maka KPU sebagai penyelenggara akan
mendapat banyak acungan jempol dari masyarakat dengan penyelenggaraan
berhasil dan sukses.
Sebagai
penyelenggara pemilihann umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) wajib hukumnya untuk
berlaku netral, non partisan dan mandiri dengan bersikap profesional dan
independen. Karena KPU bekerja akan diawasi banyak pihak, mulai dari tahapan
awal hingga pengumuman hasil pemilu. KPU tidak hanya berurusan dengan parpol,
tapi juga birokrasi pemerintah, Bawaslu, civil society, aktivis pemilu, dan
kampus. Dengan posisi dan tugas penyelenggaraa pemilihan, KPU akan berada pada
posisi yang selalu diawasi. Di satu sisi, KPU harus memenuhi kepentingan semua
pihak, dari parpol peserta pemilu, pemerintah, Bawaslu, LSM, hingga masyarakat.
Pada sisi lain, KPU harus konsisten menjalankan ketentuan konstitusi dan UU,
karena banyak kepentingan partai-partai politik akan dibatasi karenanya.
Selain
bertanggung jawab terhadap seluruh proses tahapan pemilu, KPU dituntut mampu
melaksanakan pemilu secara aman, damai, dan demokratis. Karena itu, lembaga ini
harus profesional dan independen. Independensi akan menjadi penentu sukses
tidaknya pemilu, mengingat bila penyelenggara berpihak pada parpol tertentu
bisa mendorong penyimpangan, yang pada gilirannya memicu konflik dalam
masyarakat.
Keterjaminan
pemilihan bisa berlangsung tertib, damai, dan berkualitas, membutuhkan beberapa
komitmen. Untuk mendapatkan hasil pemilu yang berkualitas sebagaimana
diinginkan, diawali dari proses dan tahapan pemilu harus berjalan sesuai jadwal
yang telah disiapkan KPU dengan sistim pemilu yang tepat.
Tahapan
pemilu berjalan sesuai jadwal menjadi unsur penting, karena dapat menghindari
munculnya kegaduhan yang berakibat pada terjadinya cacat hukum atas hasil
pemilu. Disini dituntut keprofesionalan dan independensi KPU serta Bawaslu.
Kelembagaan penyelenggara pemilu ini harus benar-benar kredibel.
Penyelenggara
pemilu juga dituntut agar lebih gencar
menyampaikan sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini
sangat penting, dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengetahuan
masyarakat agar menggunakan hak pilihnya dan berpartisipasi dalam pemilu.
Pemilu yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya partisipasi publik,
termasuk dalam tahapan-tahapannya.
Yang
terjadi saat ini adalah, sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat terkait
pelaksanaan pemilukada Jawa Timur yang rencananya akan digelar pada 29 Agustus
mendatang masih dirasa kurang maksimal yang mengakibatkan banyak yang kurang
memahami hajatan lima tahunan di Provinsi Jawa Timur tersebut. Rumitnya lagi
pelaksanaan Pemilukada Jawa Timur tersebut pelaksanaannya rencananya akan
dibarengkan dengan pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota di beberapa daerah. Dengan rencana bagus
tersebut mestinya KPU Provinsi Jawa Timur melakukan sosialisasi yang lebih
gencar, agar hajatan lima tahunan tersebut benar-benar dipahami masyarakat yang
bermuara pada terwujudnya Pemilukada dengan partisipasi masyarakat yang tinggi.
Selain
menggelar sosialisasi yang optimal, hal yang perlu mejadi perhatian adalah data
pemilu harus valid, baik data untuk DPS maupun DPT. Data yang tidak valid juga
berakibat tidak berkualitasnya pemilu.
Sudah
bukan lagi menjadi sebuah hal yang aneh, pemilukada berlangsung dengan disertai
kerusuhan bahkan banyak juga yang berlanjut ke mahkamah konstitusi. latar belakang terjadinya protes, kerusuhan,
dan bentrokan itu hampir-hampir klasik, ya itu-itu juga, yakni tuduhan
terjadinya kecurangan dan pelanggaran hukum. Penghitungan suara dinilai oleh
salah satu pasangan cela, digelembungkan, direkayasa. Panwaslu, panitia
pengawasan pemilukada, tidak independen dan netral. Bahkan Komisi Pemilihan
Umum pun digugat. Protes muncul disertai unjuk rasa. Unjuk rasa melanggar
aturan karena tak terkontrol, maka terjadilah bentrokan dengan petugas
ketertiban umum.
Ironisnya
lagi, terkadang juga terjadi bentrok antarpendukung peserta pilkada. Kejadian
itu tentu saja disiarkan oleh media massa karena peristiwa itu menarik ataupun
karena itulah cara media melakukan kontrol. Kesan dan dampak pun terbuka,
serentak, dan interaktif.
Harapan
kita adalah demokrasi yang damai tidak disertai unsur kekerasan. Termasuk juga
kebebasan menyampaikan pendapat termasuk melalui unjuk rasa yang damai.
Apabila
sampai terjadi ekses bentrokan dan kekerasan, tentunya hal itu menjadi
perhatian yang serius bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan. Sebab,
demokrasi tentu saja tidak menghendaki dan menjauhi kekerasan. Oleh sebab itu,
inilah tugas dari pihak-pihak yang terlibat dalam pilkada untuk bekerja sesuai
dengan jalur hukum yang berlaku tanpa adanya penyimpangan dan kecurangan yang
disengaja atau karena kelalaian dalam seluruh proses pilkada. Kedewasaanlah
faktor utama dalam hal ini, terutama siap menang dan siap kalah. Bagaimanapun
juga, kemenangan salah satu kontestan adalah kemenangan seluruh masyarakat Jawa
Timur.
Komisi
Pemilihan Umum dituntut untuk bekerja keras untuk merealisasikan
pemilukada yang tepat, penyelenggara
harus bekerja ekstra agar dapat menghindari terjadinya pelanggaran pemilu dan
juga menghindari munculnya kegaduhan politik terutama saat berlangsungnya
kampanye.
Karena,
keberhasilan pemilu juga tercermin dari ketertiban pelaksanaan pemilu, tanpa
kekerasan dan aksi anarki. Pemilu diharapkan berjalan damai, tertib, dan lancar
yang didukung oleh komitmen bersama antara KPU, Bawaslu, partai-partai politik
peserta pemilu, dan institusi penegak hukum seperti kejaksaan dan kepolisian.
Untuk melaksanakan semua itu, diperlukan kepiawaian dalam manajemen pemilu
mulai dari pelaksanaan hingga penghitungan suara, serta melakukan pengawasan
yang benar, efektif dan objektif.
Disamping
menghasilkan gubernur terpilih yang mempunyai kompetensi, kapasitas dan
akuntabilitas dan mampu mensejahterakan rakyat, pemilukada mestinya dapat
mengangkat harkat dan martabat rakyat Jawa Timur di tingkat nasional, karena
saat ini Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer
perpolitikan di tingkat nasional.
Salah
satu kunci yang paling penting adalah para kontestan harus benar-benar bisa menjunjung
tinggi sportifitas dan melaksanakan filosofi siap menang dan siap kalah. Bagi
pemenang nantinya jangan lantas larut dalam euvoria kemenangan hingga sedikit
menggores luka dihati kontestan yang kalah. Dan bagi kontestan yang kalah juga
harus memiliki jiwa besar untuk mengakui kekalahan dengan legowo. Kembali kita
analogikan sebuah pertandingan sepakbola, tim yang kalah akan legowo mengakui
kekalahannya bila pertandingan berlangsung dengan sportifitas tinggi dengan
kepemimpinan dari wasit yang menjunjung tinggi semangat kejujuran yang
berkeadilan.
Dengan
pemilukada yang berkualitas, pasti menyumbang terwujudnya demokrasi yang juga
berkualitas. Kita semua berharap, perselisihan yang sempat terjadi sebelum
pertandingan digelar ini tidak akan mengurangi kualitas dari pertandingan itu
sendiri. Masyarakat Jawa Timur benar-benar meng-impikan Pemilukada yang
berkualitas, kita tidak ingin kehabisan energi hanya untuk memilih pemimpin.
Kedepan tantangan pembangunan makin berat dan panjang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar